Dying Light The Beast Review Penuh Parkour & Brutal Zombie

Dying Light The Beast: Review Penuh Parkour & Brutal Zombie

jadwalesports.com – Setelah sukses dengan Dying Light (2015) dan Dying Light 2: Stay Human (2022), Techland kembali hadir dengan seri terbaru: Dying Light: The Beast. Game ini resmi rilis 2025, membawa pemain ke petualangan baru yang lebih brutal, lebih cepat, tapi juga lebih… familiar. Banyak fans bilang, ini bukan “Dying Light 3” sepenuhnya, melainkan ekspansi gede yang berdiri sendiri. Tapi apakah itu buruk? Nggak juga.

Game ini tetap ngasih alasan kuat buat kita lompat dari rooftop ke rooftop, nge-smash zombie pakai pipa besi, dan ngetes adrenalin di malam hari saat Volatiles keluar berburu.


Cerita: Kyle Crane Kembali, Kali Ini Jadi Monster

Salah satu daya tarik utama The Beast adalah kembalinya Kyle Crane, protagonis dari game pertama. Setelah serangkaian eksperimen brutal, Crane kini berubah jadi manusia setengah monster. DNA-nya bercampur dengan virus, bikin dia bisa lompat setinggi 50 kaki, ngehajar 20 zombie dalam 10 detik, bahkan bikin undead kena “psychic damage” cuma dari teriakannya.

Plotnya sendiri? Jujur tipis banget. Crane dipenjara oleh villain generik bernama The Baron, kabur, lalu nyari balas dendam. Di tengah jalan, lo ketemu karakter-karakter unik, ikut side quest gokil, sampai ngehajar boss mutan yang ngasih lo kekuatan baru. Klise? Iya. Seru? Tetap iya.


Mekanik Baru: Beast Mode

Fitur paling ditunggu adalah Beast Mode. Setiap kali lo ngalahin zombie Chimera (mutan super), lo bisa suntik darah mereka dan dapet kemampuan baru.

  • Shoulder Charge: tabrak segerombolan zombie sampai mental semua.

  • Air Grapple: bisa ganti arah di udara dengan grappling hook, literally jadi Spiderman versi gore.

  • Brutal Punch: bantai 10 zombie dengan tangan kosong, tanpa senjata.

Tapi ada catatan: lo cuma bisa aktifin Beast Mode kalau Rage Meter penuh. Jadi tetap ada banyak momen di mana lo harus balik ke gaya lama: parkour, lead pipe, dan lari terbirit-birit pas dikejar Volatile.


Lokasi Baru: Castor Woods

Kalau di Stay Human lo sibuk sama politik fraksi di kota besar, kali ini lo pindah ke Castor Woods, kawasan hutan Eropa yang dikelilingi gunung.

  • Ada area rural dengan sawah, rawa, dan jalan sempit penuh zombie.

  • Ada kota kecil dengan bangunan batu buat parkour.

  • Ada jalur mobil buat lo yang lebih suka nabrak zombie ketimbang lompat-lompatan.

Map-nya relatif kecil dibanding pendahulunya, tapi padat isi. Memang agak ketahuan kalau awalnya dirancang sebagai ekspansi Dying Light 2, tapi tetap menyenangkan untuk dieksplor.


Combat: Lebih Gory, Lebih Cepat

Pertarungan di The Beast tetap fokus ke melee. Lo bisa pake:

  • Pipa besi, palu, kapak, pedang, sampai sekop.

  • Senjata api ada, tapi tetap sekunder.

  • Sistem crafting kembali, lengkap dengan blueprint buat imbuhin efek (api, listrik, racun).

Dan saat masuk Beast Mode? Semua jadi lebih brutal. Kepala zombie copot sekali gebrak, tubuh mereka hancur kayak daging cincang. Kalau lo main co-op, bayangin empat pemain bareng-bareng berubah jadi monster. Chaos maksimal.

Baca juga tentang :


Bos Fight: Variasi Seru, Tapi Mulai Repetitif

Lo bakal nemuin banyak boss Chimera. Setiap boss ngasih lo kemampuan baru setelah dikalahkan. Misalnya:

  • Zombie skeletal yang lompat kayak ninja.

  • Mutan besar yang bisa jadi invisible.

  • Brute pakai gas mask dengan kelemahan racun.

Awalnya seru, tapi makin lama, variasinya mulai terasa daur ulang. Meski begitu, boss fight ini tetap jadi highlight yang bikin deg-degan.


Visual & Teknologi: Cantik Tapi Tanpa Ray Tracing

Techland masih pake C-Engine. Grafisnya keren: global illumination, weather system, dan refleksi. Tapi sayangnya, janji ray tracing batal di versi rilis.

Kabar baiknya: game ini jalan mulus di PC high-end. DLSS, FSR, dan XeSS semua tersedia. Jadi meski tanpa RT, performanya stabil di 60 fps untuk spek recommended.


Performance: Benchmark Singkat

  • Recommended Spec: Ryzen 7 7700 / i5-13400F, RTX 3070 Ti / Radeon 6750 XT, 16 GB RAM. Bisa jalan di 1440p 60 fps.

  • Minimum Spec: Ryzen 7 5800X / i5-13400F, GTX 1060 / ARC A750, 16 GB RAM. Bisa jalan di 1080p 30 fps.

  • High-End PC: RTX 4090 + i9-14900HX bisa main mulus di 60 fps High setting.

Bug? Ada, tapi minor. Sesekali nyangkut di ventilasi atau pop-in, tapi jauh lebih stabil dibanding Stay Human saat launch.


Multiplayer: Co-op Tetap Jadi Nyawa Game

Main sendirian seru, tapi Dying Light memang diciptakan buat co-op. Hingga 4 pemain bisa gabung, drop in/drop out mulus. Ada sistem distress call mirip Helldivers 2, jadi lo bisa minta bantuan kalau dikepung zombie.

Sayangnya, tidak ada crossplay. Jadi kalau temen lo main di PS5, lo di PC, nggak bisa barengan.


Kelebihan & Kekurangan

Kelebihan:

  • Parkour & combat masih satisfying.

  • Beast Mode bikin pertarungan makin brutal.

  • Grafis cakep, performa lebih stabil.

  • Co-op 4 pemain fun banget.

Kekurangan:

  • Cerita tipis & villain generik.

  • Map relatif kecil.

  • Bos mulai repetitif.

  • Tidak ada ray tracing / crossplay.


Dying Light: The Beast bukan revolusi, tapi lebih kayak “greatest hits” seri ini dengan tambahan gimmick Beast Mode. Buat pemain lama, mungkin terasa repetitif. Buat pemain baru, ini paket zombie action yang solid.

Parkour, gore, crafting, co-op chaos — semua masih ada. Kalau lo berharap cerita mendalam, mungkin bakal kecewa. Tapi kalau tujuan lo simpel: bantai zombie sambil jungkir balik di atap rumah Eropa? The Beast masih juaranya.

Referensi :