
Moba: Dari Mod Game Hingga Jadi Genre Paling Populer di Esports
jadwalesports.com – Buat gamer zaman sekarang, istilah Moba hampir pasti sudah akrab di telinga. Dari warnet, turnamen esports, sampai layar smartphone, game dengan genre ini jadi salah satu yang paling sering dimainkan. Tapi di balik popularitasnya, nggak banyak yang tahu kalau awal mula Moba justru lahir dari eksperimen sederhana para kreator peta kustom di akhir 1990-an.
Awal Mula Lahirnya Genre Moba
Cerita Moba dimulai tahun 1998 lewat peta kustom bernama Aeon of Strife yang dibuat untuk game StarCraft. Ide dasarnya cukup unik: pemain tidak lagi mengendalikan seluruh pasukan seperti di game strategi biasa, melainkan hanya satu unit dengan kekuatan khusus. Dari sinilah muncul konsep pertarungan tim yang jadi ciri khas Moba.
Empat tahun kemudian, modder kreatif kembali melahirkan karya legendaris: Defense of the Ancients (DotA) untuk Warcraft III. Mod ini cepat meledak dan memikat jutaan pemain. DotA memperkenalkan banyak elemen yang kini dianggap standar: hero dengan skill unik, item yang bisa dibeli, level yang terus naik, hingga tujuan menghancurkan markas lawan.
Kalau ditarik lebih jauh, benih Moba bahkan sudah terlihat pada game Herzog Zwei di Sega Mega Drive (1989). Game ini menggabungkan strategi real-time dengan kontrol unit tunggal, dan sering disebut sebagai inspirasi awal sebelum Aeon of Strife lahir.
Ciri Khas Moba yang Bikin Nagih
Ada beberapa hal utama yang membuat Moba berbeda dan begitu digemari:
-
Dua tim berlawanan biasanya 5 lawan 5, dengan peta simetris.
-
Hero unik dengan peran berbeda, mulai dari tank, support, carry, hingga assassin.
-
Progres karakter dalam game, semakin lama bermain semakin kuat berkat item dan level.
-
Kerja sama tim, karena kemenangan tidak bisa diraih sendirian.
-
Tujuan jelas: menghancurkan base lawan, bukan sekadar mengalahkan musuh.
Perpaduan strategi, mekanik cepat, dan kebutuhan koordinasi tim inilah yang bikin Moba bukan sekadar game kasual, tapi juga kompetisi serius.
Dari PC Menuju Ranah Mobile
Setelah DotA mempopulerkan format Moba, lahirlah dua raksasa: League of Legends (LoL) dari Riot Games dan Dota 2 dari Valve. Keduanya sukses besar di PC dan melahirkan ekosistem esports bernilai jutaan dolar. Turnamen internasional seperti The International Dota 2 bahkan sempat mencatat rekor hadiah puluhan juta dolar, jadi salah satu event esports terbesar di dunia.
Tapi puncak popularitas genre ini mungkin datang ketika Moba masuk ke platform mobile. Tahun 2016, Mobile Legends: Bang Bang (MLBB) hadir dengan kontrol sederhana yang mudah dipelajari siapa saja. Game ini dengan cepat jadi fenomena, terutama di Asia Tenggara. Di Indonesia, MLBB bahkan punya liga resmi dan melahirkan banyak pro player yang dikenal luas.
Kini, siapa pun bisa memainkan Moba lewat smartphone. Dari anak sekolah sampai pekerja kantoran, semua bisa merasakan sensasi pertarungan 5v5 hanya dengan modal kuota internet.
Moba dan Dunia Esports
Genre Moba punya kontribusi besar terhadap pertumbuhan esports modern. Turnamen besar seperti Worlds (LoL), The International (Dota 2), dan M-Series (MLBB) menarik jutaan penonton dari seluruh dunia. Tidak cuma gamer, tapi juga masyarakat umum mulai melihat Moba sebagai tontonan kompetitif setara olahraga tradisional.
Di Indonesia, Moba bahkan jadi jalan karier baru. Banyak pemain yang dulunya hanya main di warnet kini berubah jadi pro player dengan pendapatan besar, sponsor, dan fanbase loyal. Fenomena ini membuktikan bahwa game bukan lagi sekadar hobi, tapi bisa jadi profesi.
Dampak Budaya dan Komunitas
Selain kompetisi, Moba juga membentuk komunitas yang luas. Dari forum daring, grup media sosial, hingga kafe gaming, interaksi antar pemain jadi bagian penting dari pengalaman bermain. Diskusi strategi, debat siapa hero terkuat, atau sekadar menonton bareng turnamen, semua itu membangun identitas baru di kalangan gamer.
Namun, tidak bisa dipungkiri ada juga sisi lain. Permainan yang menuntut fokus tinggi kadang memicu toxic behavior di komunitas. Meski begitu, banyak developer kini berusaha menghadirkan fitur moderasi agar ekosistem Moba tetap sehat.
Moba Sebagai Fenomena Global
Kalau dirangkum, perjalanan Moba luar biasa panjang. Dari peta kustom Aeon of Strife di StarCraft, lahir DotA di Warcraft III, berkembang jadi LoL dan Dota 2 di PC, lalu meledak lewat Mobile Legends di smartphone. Genre ini bukan cuma soal game, tapi sudah jadi fenomena global yang menyatukan jutaan orang.
Moba membuktikan bahwa kreativitas komunitas gamer bisa melahirkan inovasi besar. Kini, ia bukan sekadar genre permainan, tapi juga budaya, hiburan, dan bahkan profesi. Dan satu hal yang pasti: selama ada gamer yang haus tantangan tim 5v5, Moba akan terus hidup dan berkembang mengikuti zaman.