• Best Gaming Esports

Esports Berubah! Kolaborasi & Akuisisi Guncang Tim Lokal

jadwalesports.com –  Industri esports semakin berkembang pesat dengan kehadiran tim-tim besar yang mulai melakukan kolaborasi dan Akuisisi Guncang Tim Lokal terhadap tim-tim yang lebih kecil. Fenomena ini terlihat jelas dalam skena Mobile Legends, di mana beberapa tim besar seperti Team Liquid, Fnatic, dan Vitality mulai mengakuisisi tim-tim lokal untuk memperluas pengaruh mereka di ranah esports.

Kolaborasi dalam esports adalah bentuk kerja sama antara dua entitas, baik individu, lembaga, maupun organisasi, yang bertujuan untuk meningkatkan eksposur dan jangkauan pasar tanpa mengubah struktur manajemen secara drastis. Dalam Mobile Legends, kolaborasi sering terjadi dalam aspek pemasaran dan branding untuk memperluas basis penggemar. Biasanya, kerja sama ini berlangsung dalam jangka waktu tertentu sesuai kontrak yang disepakati.

Sebagai contoh, RRQ pernah berkolaborasi dengan tim sepak bola asal Prancis, PSG. Hal ini juga diikuti oleh tim-tim lain seperti AP Bren yang bekerja sama dengan Falcon, serta Onic Indonesia dan Filipina yang berkolaborasi dengan Fnatic. Dengan kolaborasi ini, tim lokal bisa mendapatkan manfaat dari jaringan global yang lebih luas, sementara tim internasional bisa memperoleh basis penggemar baru di wilayah yang mereka targetkan.

Akuisisi Guncang Tim Lokal
Jadwalesports.com

Akuisisi dan Dampaknya bagi Tim Lokal

Berbeda dengan kolaborasi, akuisisi berarti pengambilalihan penuh sebuah tim oleh entitas lain. Dalam Akuisisi Guncang Tim Lokal, seluruh aspek mulai dari roster pemain hingga manajemen tim menjadi bagian dari pemilik baru. Contoh konkret dari fenomena ini adalah Team Liquid yang mengakuisisi tim Aura di Indonesia dan Echo di Filipina, mengubah nama mereka menjadi Liquid Aura dan Liquid Echo. Ke depannya, mereka akan beroperasi dengan nama Liquid Indonesia dan Liquid Filipina, menghilangkan identitas lama mereka secara bertahap.

Akuisisi sering dianggap sebagai jalan pintas bagi tim besar untuk mendapatkan slot turnamen bergengsi seperti MPL tanpa perlu membangun tim dari nol. Mengakuisisi tim yang sudah memiliki slot dalam turnamen franchise lebih menguntungkan dibandingkan membangun tim baru yang harus berjuang dari tahap kualifikasi.

Namun, harga akuisisi tim besar tidak murah. Beberapa spekulasi menyebutkan bahwa pembelian tim besar seperti Aura dan Echo bisa mencapai lebih dari 10 juta USD, mengingat harga slot MPL saja sudah mencapai 2 juta USD. Hal ini menunjukkan betapa besar investasi yang diperlukan untuk memiliki tim esports yang kompetitif di tingkat internasional.

Fenomena Buyout dalam Esports

Selain akuisisi tim, istilah “buyout” juga sering terdengar dalam dunia esports. Buyout adalah biaya yang harus dibayarkan tim untuk mendapatkan pemain yang masih terikat kontrak dengan tim lain. Harga buyout yang tinggi sering diterapkan oleh tim untuk mempertahankan pemain bintang mereka atau sebagai strategi bisnis untuk mendapatkan keuntungan besar dari penjualan pemain.

Contoh buyout yang signifikan terjadi ketika RRQ membeli pemain dari tim RSG Filipina dengan harga yang sangat tinggi, menjadikannya salah satu transfer pemain termahal dalam sejarah Mobile Legends di Filipina. Selain itu, pemain-pemain Bigetron Era juga dikabarkan mendapatkan harga buyout yang sangat tinggi ketika diakuisisi oleh tim Vitality.

Esports World Cup dan Alasan di Balik Akuisisi Guncang Tim Lokal

Salah satu alasan utama di balik meningkatnya tren akuisisi dan kolaborasi dalam esports adalah Esports World Cup. Ajang ini menawarkan program pendanaan bagi 20 tim esports terpilih untuk memperkuat kompetisi global. Dengan adanya dukungan dana, tim-tim besar berusaha melakukan ekspansi dengan membentuk divisi baru di berbagai game yang dipertandingkan dalam turnamen tersebut.

Tren ini menunjukkan bahwa esports kini menjadi arena investasi besar yang menarik perhatian banyak organisasi, baik dari dalam maupun luar industri game. Dengan ekspansi global, banyak tim esports internasional yang ingin memastikan kehadiran mereka di berbagai wilayah strategis, termasuk Asia Tenggara, yang dikenal sebagai salah satu pasar terbesar untuk Mobile Legends.

Dampak Kolaborasi dan Akuisisi bagi Tim Lokal

Pertanyaan besar yang muncul adalah: apakah akuisisi dan kolaborasi ini berdampak positif atau negatif bagi tim lokal, khususnya di Indonesia?

Secara positif, akuisisi dan kolaborasi bisa meningkatkan eksposur tim lokal ke kancah internasional. Dengan adanya kerja sama dengan tim besar, tim-tim Indonesia memiliki peluang lebih besar untuk bertanding di turnamen global, mendapatkan sponsor, serta meningkatkan profesionalisme dalam manajemen dan pelatihan pemain.

Namun, dari sisi negatif, identitas tim lokal bisa terkikis. Jika banyak tim lokal yang diakuisisi oleh tim internasional, maka dominasi tim-tim luar di MPL Indonesia bisa terjadi. Bayangkan jika mayoritas tim MPL Indonesia berasal dari akuisisi tim luar negeri, tentu ini akan mengecewakan bagi komunitas esports Indonesia yang ingin melihat tim asli Indonesia mendominasi turnamen dunia.

Contoh kasus yang menarik adalah Geek Fam. Tim ini sebenarnya berasal dari Malaysia, tetapi karena mereka memiliki basis pemain yang kuat di Indonesia, banyak penggemar yang mengira Geek Fam adalah tim asli Indonesia. Ini menunjukkan bahwa meskipun sebuah tim bisa mempertahankan identitasnya, seiring waktu perubahan tetap akan terjadi, terutama jika terjadi pergantian pemain dan manajemen.

Jika akuisisi ini dilakukan dengan strategi yang tepat, seperti mempertahankan roster asli atau memberikan kebebasan kepada tim untuk tetap menggunakan identitas lamanya, maka dampak negatif bisa diminimalkan. Namun, jika akuisisi dilakukan secara penuh tanpa mempertimbangkan identitas tim lama, maka dalam jangka panjang kita bisa kehilangan warisan esports lokal yang sudah dibangun bertahun-tahun.

Baca Juga :

FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)

1. Apa perbedaan utama antara kolaborasi dan akuisisi dalam esports?
Kolaborasi adalah kerja sama tanpa perubahan struktur manajemen, biasanya untuk kepentingan pemasaran. Akuisisi adalah pengambilalihan penuh, di mana tim yang diakuisisi menjadi bagian dari pemilik baru.

2. Mengapa banyak tim besar mengakuisisi tim Mobile Legends lokal?
Akuisisi memungkinkan tim besar untuk langsung bersaing di turnamen besar tanpa harus membangun tim dari awal. Selain itu, Mobile Legends memiliki basis penggemar yang besar, membuatnya menarik untuk investasi.

3. Apakah buyout sama dengan Akuisisi Guncang Tim Lokal?
Tidak. Buyout adalah pembelian pemain dari tim lain dengan membayar biaya tertentu untuk membebaskannya dari kontrak.

4. Apakah tren akuisisi ini berdampak buruk bagi esports lokal?
Ada sisi positif dan negatif. Positifnya, tim lokal bisa mendapatkan eksposur dan dukungan finansial lebih besar. Negatifnya, identitas tim lokal bisa hilang jika semua tim besar diambil alih oleh organisasi internasional.

5. Bagaimana masa depan esports Indonesia jika tren Akuisisi Guncang Tim Lokal terus terjadi?
Jika dilakukan dengan baik, esports Indonesia bisa semakin maju. Namun, jika identitas tim lokal tidak dijaga, komunitas bisa kehilangan kebanggaan terhadap tim-tim asal Indonesia.

Dengan berkembangnya esports di tingkat global, kolaborasi dan akuisisi menjadi bagian dari dinamika industri. Yang terpenting, bagaimana semua pihak dapat memastikan bahwa langkah ini tetap membawa manfaat bagi pertumbuhan esports lokal tanpa mengorbankan identitas yang telah dibangun selama ini.